Kontroversi Mutiara Hijau
- Sep
- 02
- Posted by STAIINDO
- Posted in Corat Coret
- off
Oleh: Ahmad Munif

Bak mutiara hijau, kehadiranmu selalu dinanti. Yup, mutiara hijau merupakan sebutan untuk tanaman tembakau. Sebab daunnya berwarna hijau dan pada saat yang menggembirakan, nilai jualnya tergolong tinggi, laiknya sang mutiara. Bagi petani tembakau, tanaman yang konon berasal dari wilayah benua Amerika menjanjikan peningkatan dan pendapatan ekonomi, dibandingkan dengan tanaman lainnya yang ditanam dalam setahun.
Tembakau merupakan jenis tanaman yang terkesan manja. Kata petani, tanaman pasti membutuhkan air untuk tumbuh dan berkembang. Tembakau pun juga sama, butuh air untuk tetap hidup dan tumbuh. Namun pada waktunya, tembakau tidak membutuhkan siraman atau guyuran air berlebih. Pada waktu ini, tembakau menghindari curahan hujan. Oleh karenanya, tembakau ditanam di musim kemarau, saat curah hujan sedikit.
Di daerah tertentu, petani berjuang mati-matian saat awal menanam tembakau. Dari menyemai benih, orang Jawa punya istilah ndeder, menyiapkan lahan, memindah benih dari semaian ke lahan, hingga sang tembakau bisa berdiri tegak mandiri. Pada masa ini, tembakau membutuhkan air dalam jumlah yang cukup, tidak boleh berlebihan. Jika berlebihan, tembakau kecil ini ibarat orang tenggelam di tengah lautan, berpotensi besar untuk tidak hidup.
Hingga pada kisaran usia dua bulanan, tembakau dewasa sudah punya akar yang kuat dan kokoh. Ia bisa hidup mandiri, mencari air sendiri. Pada masa ini, petani hanya berdoa dan berharap, Tuhan petani segera menurunkan hujan hingga masa panen tiba. Kata petani lagi, ketiadaan hujan akan meningkatkan kualitas daun tembakau. Tanpa adanya air yang menghujam tanaman tembakau dewasa, klelet di daun tembakau itu akan tetap utuh dan memperberat daun saat ditimbang. Dengan kondisi semacam ini, harga tembakau akan tinggi dan petani tembakau mendapatkan hasil yang pantas dan menggembirakan.
Lain ceritanya kalau pada masa panen, tiba-tiba saja Tuhan menurunkan hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi. Maka akan banyak ditemui keluhan, kesedihan, dan kemuraman petani. Sebab tak ada keuntungan hasil yang didapat. Andai dihitung, misalnya petani keluar modal hingga lima juta, mungkin hasil jual panen tembakau tidak sampai dua juta. Ini dikarenakan kualitas panen tembakau yang tidak baik dan harganya juga tidak baik di hati dan mata petani tembakau.
Tembakau ini merupakan bahan baku pembuatan rokok. Kata sebuah buku, kata rokok diambil dari bahasa Belanda, roken, yang berarti menghisap. Karena memang aktivitas utama merokok adalah menghisap. Para penikmat rokok, menghisap asap rokok melalui mulutnya dari batang rokok yang diapit oleh dua bibir. Rokok yang banyak beredar dan dihisap penikmat rokok saat ini berupa rokok filter. Istilah filter mengacu pada adanya penyaring berupa bahan sejenis busa kecil untuk menyaring asap yang akan masuk ke mulut. Sebelum itu, ada namanya rokok kretek. Saat itu, daun tembakau yang dicampur dengan cengkeh dan dibungkus dengan klobot, kulit jagung, berbunyi kretek-kretek saat disulut dengan api. Nah, sebelum menggunakan kertas, rokok dibungkus dengan klobot, daun pisang, hingga daun pandan. Istilahnya pun bermacam-macam, ada cerutu, ses, dan lainnya.
Saat ini, keberadaan rokok dinilai kontroversial. Pada wilayah kesehatan, ada pihak yang anti dan berjuang agar rokok dibumihanguskan, karena dinilai membahayakan kesehatan atau menjadi sumber penyakit. Tag line-nya pun aneh-aneh, dari peringatan merokok dapat menimbulkan kanker, impotensi, dkk, hingga ancaman merokok membunuhmu. Di sisi lain, tidak sedikit penikmat rokok yang tampak segar bugar, bahkan hingga usia senja. Sisi ini tidak yakin bahwa rokok itu berbahaya. Bisa jadi, orang yang terkena kanker dan bermacam penyakit aneh-aneh itu tidak disebabkan oleh rokok, mungkin saja karena pola asupan makanannya yang tidak berimbang dan tidak sehat. Ditambah lagi ancaman polusi dari banyak sumber di sekitar manusia.
Karena alasan kesehatan itu pula, hukum mengkonsumsi rokok dalam agama Islam banyak versi. Ada yang mutlak mengharamkannya, ada yang memakruhkannya, dan ada pula yang membolehkannya. Semua pendapat itu memiliki dasar dan argumen masing-masing. Baik berupa dasar hasil penelitian ilmiah, maupun dasar rujukan sumber agama dan pendapat ulama terdahulu. Mana yang benar? Semuanya benar, semuanya hasil ijtihad, semuanya punya kekuatan dan kedudukannya masing-masing. Silahkan diikuti yang sesuai kondisi diri.
Merujuk pada sejarah, katanya, asal muasal tembakau ini dari benua Amerika. Silahkan lihat di peta, di Amerika Tengah ada negara atau pulau yang bernama Trinidad dan Tobago. Nama Tobago itu yang diduga bertransformasi menjadi kata tembakau. Orang-orang Eropa yang awal menginjakkan kaki di Benua Amerika, melihat orang setempat menikmati tobago tersebut. Para pendatang ini tertarik dan membawanya sebagai oleh-oleh saat kembali ke Eropa. Orang-orang Eropa pun turut membudidayakan tembakau dan menikmatinya. Pro kontra pun merebak, antara yang pro terhadap eksistensi sang tembakau dengan yang kontra dengan kehadirannya. Hanya saja, saat itu pun tembakau sudah turut memberikan sumbangan pajak yang cukup bernilai bagi kerajaan.
Saat ini pun hampir senada. Rokok menyumbang cukai yang besar bagi negara, katanya hingga ratusan triliun. Di saat yang sama, para pihak yang anti rokok, menyerukan agar rokok disingkirkan dari pergaulan. Ada apa gerangan?
Surabaya, 2 September 2019
Categories
- Artikel
- Berita
- Betawi Corner
- Info Akademik
- Kegiatan
- Materi Kuliah
- PODCAST STAIINDO
- Promosi
- Uncategorized
Archives
- September 2022
- August 2022
- November 2021
- October 2021
- September 2021
- August 2021
- July 2021
- June 2021
- May 2021
- April 2021
- March 2021
- January 2021
- December 2020
- November 2020
- October 2020
- September 2020
- August 2020
- July 2020
- June 2020
- May 2020
- April 2020
- March 2020
- January 2020
- December 2019
- November 2019
- October 2019
- September 2019
- July 2019
- February 2018